Downtime sistem IT

Semakin Banyak Bisnis Alami Downtime, Ini Alasan Utamanya

Author:

Beberapa saat lalu, raksasa teknologi Meta sempat lumpuh. Kelumpuhan ini disebabkan oleh dua media sosialnya: WhatsApp down, serta Instagram yang sempat tidak bisa diakses selama berjam-jam. Kejadian tersebut memang tidak bisa diantisipasi, walau tentu pada akhirnya dapat ditangani. Pun demikian, outage yang dialami Meta menyebabkan kerugian yang masif dengan jumlah lebih dari US$100 juta.

Meta bukan satu-satunya perusahaan yang harus gigit jari ketika mengalami downtime. Pada 2021, Amazon juga mengalami outage selama satu jam pada penjualannya, dan merugi hingga US$34 juta. Pada tahun yang sama, Alibaba juga merugi sampai miliaran dolar walau “cuma” mengalami downtime selama 20 menit saja.

Kerugian finansial memang menjadi mimpi buruk bisnis saat mengalami downtime, sekali pun untuk perusahaan berskala besar seperti Meta, Alibaba, dan Amazon. Namun lebih dari itu, downtime juga memberikan dampak serius lain yang harus bisa dikontrol secara efektif. Karenanya, artikel ini akan mengupas lebih lengkap tentang downtime dan alasan penyebab bisa terjadi.

Apa Itu Downtime?

Apa itu downtime

Downtime adalah situasi yang terjadi ketika sistem IT tidak dapat menyelesaikan tugasnya. Downtime biasanya dibagi ke dua jenis: IT outage dan brownout.

IT brownout terjadi ketika sistem berjalan lambat atau cuma bisa setengah-setengah untuk bekerja. Ambil contoh, bisnis Anda adalah e-commerce dan mengandalkan situs serta aplikasi. Namun, pelanggan bisnis Anda mengakses situs atau aplikasi secara lambat, atau tidak dapat memanfaatkan fitur lain yang ada di dalamnya.

Sementara, IT outage adalah sistem IT yang tidak tersedia dan tak mampu bekerja sama sekali. Ini artinya, situs atau aplikasi bisnis Anda benar-benar crashed. Akibatnya bisa dari sistem back-end yang juga ikut down.

Beberapa IT downtime sebetulnya memang direncanakan untuk pengelolaan sistem. Namun pada kenyataannya, kebanyakan downtime tidak direncanakan, dan terjadi pada saat traffic sedang tinggi, sistem yang gagal, atau terjadinya serangan siber dalam sistem IT.

Apakah Downtime Sesuatu yang ‘Lazim’?

Dalam 2022 Outage Analysis Report yang dipublikasikan The Uptime Institute, downtime diklaim menjadi situasi yang semakin sering dialami banyak perusahaan.

Kebanyakan organisasi–sekitar lebih dari 80 persen–mengaku telah mengalami downtime dalam tiga tahun terakhir. Satu dari lima yang disurvei juga mengungkap mereka telah mengalami outage yang “serius” dan “parah” dalam kurun waktu yang sama. Serius dikategorikan sebagai situasi di mana layanan terganggu dengan potensi kerugian finansial, dan parah menjadi situasi layanan rusak total dengan potensi kerugian finansial yang lebih besar.

51 persen dari pemimpin IT juga mengatakan bahwa downtime di bisnis mereka telah meningkat sejak Maret 2020. 59 persen dari mereka mengklaim meningkatnya mobile computing menjadi penyebab downtime, dan 57 persen mengungkapkan transformasi digital malah menjadi beban yang memicu outage.

Pada 2021, lebih dari 40 brand dan peritel juga mengalami beberapa downtime, mulai dari website yang crash serta pelambatan performa saat musim diskon dan menjelang liburan. Beberapa brand ini termasuk nama besar seperti Walmart, GameStop, serta Office Depot.

Bukan cuma frekuensi downtime saja yang naik, kerugian dampak akibat downtime ternyata juga meroket. Menurut laporan ITIC, ada peningkatan 2 persen year-to-year terkait dampak downtime pada 2021. Mereka bahkan memprediksi kalau jumlah ini bakal terus naik jika bisnis tidak dapat menemukan solusi yang efektif untuk mengantisipasi downtime.

Kerugian Apa Saja yang Disebabkan oleh Downtime?

Kerugian downtime

Forrester mengungkap temuannya terkait dampak kerugian apa saja yang dialami perusahaan saat mengalami downtime. Dari survei yang dilakukan, 53 persen mengaku telah merugi biaya pemasukan, sedangkan 47 persen mengungkap telah kehilangan produktivitas, dan 41 persen mengatakan telah kehilangan kepercayaan pelanggan dan reputasi brand.

Lebih dari itu, kerugian yang dimaksud juga bisa berdampak untuk jangka panjang dan skala mikro. Temuan yang diungkap melanjutkan beberapa kerugian lanjutan yang cukup mengkhawatirkan. Berikut beberapa di antaranya.

53 persen pemimpin IT mengungkap, downtime yang parah akan membuat mereka diberitakan di beberapa media nasional dan berpotensi semakin merusak reputasi perusahaan.

31 persen mengatakan bahwa rusaknya reputasi tersebut akan menyulitkan mereka untuk membangun kembali kepercayaan pelanggan.

30 persen mengaku downtime telah menurunkan harga saham perusahaan.

Meta menjadi salah satu yang mengalami kerugian besar. Saat perusahaan mengalami downtime beberapa waktu lalu, harga sahamnya ’terjun’ hingga lima persen. Namun, Meta bisa dianggap ‘sedikit’ beruntung. Pasalnya, 16 persen pemimpin IT berkata bahwa sudah banyak perusahaan yang tutup akibat downtime selama tiga tahun terakhir karena kerugian finansial dan hancurnya reputasi brand.

Apa Saja Penyebab Terjadinya Downtime?

Laporan The Uptime Institute melanjutkan beberapa penyebab utama terjadinya downtime. Terungkap bahwa power failure menjadi penyebab downtime paling umum yakni mencapai 43 persen, diikuti dengan kerusakan software, jaringan, dan cooling system  sebesar 14 persen.

Selain itu, laporan juga menyebut kalau operator komersial pihak ketiga seperti penyedia cloud, hosting dan colocation juga mengalami outage hingga 63 persen dalam lima tahun terakhir. Angka ini melonjak hingga 71 persen pada 2021.

Pemimpin IT yang disurvei juga membeberkan beberapa penyebab downtime versi mereka. Beberapa secara spesifik berkutat pada masalah kegagalan jaringan (isu seperti web hosting provider), naiknya traffic penggunaan layanan pada website atau aplikasi, serangan siber, serta kesalahan manusia seperti coding yang keliru atau nama domain yang sudah expired.

Keuntungan yang Didapat Jika Bisa Atasi Downtime

Meski terkesan menjadi mimpi buruk dan mengkhawatirkan banyak bisnis, downtime sebetulnya bisa saja dihindari. Hal ini terbukti dari survei lanjutan di mana 51 persen ahli IT berpendapat jika downtime dan outage bisa dihindari, asal perusahaan harus memiliki strategi yang mantap.

Forrester mencatat beberapa keuntungan yang bisa diraih bisnis jika dapat mengantisipasi downtime. Berikut beberapa di antaranya.

63 persen mengatakan revenue meningkat.

53 persen mengungkap biaya operasional berkurang.

51 persen mendapatkan keuntungan kompetitif.

50 persen mengakui produktivitas meroket.

Baca Juga: Bagaimana Cara Mudah Mengurangi Downtime? Cek Trik Berikut

Atur Strategi Mitigasi Downtime dengan Optimal Bersama CTI Group

Jangan sampai perusahaan Anda mengalami downtime dan berbagai dampak hingga kerugian yang sudah disebutkan di atas. Inilah saat tepat untuk mengambil strategi efektif dalam mengantisipasi dan memitigasi downtime dengan rangkaian solusi IT bersama CTI Group. Sebagai penyedia solusi IT, CTI Group menghadirkan solusi Disaster Recovery untuk downtime yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan instansi Anda.

CTI Group yang memiliki 13 subsidiari, didukung oleh lebih dari 100 brand IT terkemuka global akan membantu Anda menerapkan solusi Disaster Recovery secara tepat. Didukung oleh lebih dari 250 engineer berpengalaman dan bersertifikat, CTI Group siap membantu Anda mengimplementasikan solusi IT secara optimal dan menghindari trial and error. Untuk informasi lebih lanjut mengenai solusi Disaster Recovery dari CTI Group, Anda dapat mengunjungi laman berikut ini.

Share On :

Terima kasih telah berlangganan newsletter kami

Anda akan menerima informasi terbaru dari perusahaan kami